Suamigila.com
  • About
  • Novel
  • Contact

Karena Allah Tidak Pernah Salah Kasih Rizki

By admin • October 25, 2014 • islam, life
DSC_1885
Share on Tumblr

Dulu, saat gue masih kuliah, gue punya seorang teman. Katakanlah X. Kita kuliah di teknik sipil ITB – sebuah jurusan yang di tahun 90-an, nilai C dan D tidak boleh diulang. Sangat berat.

Saat kuliah, gue sangat BT dengan X ini karena dia kerjanya nyontek terus. Bukannya apa-apa. Kita ini kan belajar bangun gedung, belajar bangun jembatan. You know, perihal yang dipakai orang banyak. Jika bikin jembatan aja nyontek, gimana nanti saat kerja nanti?

Tapi tetap, X nyontek terus. Dan karenanya, dia dapat IPK 3 dan gue 2.76. karena IPKnya 3 dia dapat tawaran kerja yang sangat banyak sedang gue tidak. Kita lulus di tahun 2001 dan kita pisah, menjalani hidup masing-masing.

Tahun-tahun berlalu, gue gak ngurusin orang lain. Gue hanya ngurusin hidup gue. Kemudian gue kembali in touch dengan X ini di tahun 2003-2004.

Dengan tidak bermaksud membandingkan, gue tidak mengira bahwa dalam hal pekerjaan, ternyata dia lebih lancar dari gue. Karir yang dia miliki, memberikan dia rizki yang tidak habis-habis.

Di titik itu, ada pertanyaan yang muncul dalam diri gue. Dulu kan dia dosa. Kerjanya nyontek. Kok bisa ya Allah mengizinkan dia untuk memiliki karir yang luar biasa seperti ini. Di mana letak keadilan? Dulu gue gak nyontek tapi gue gini-gini aja. Dia kerjanya nyontek tapi kok dia lebih dilancarkan?

Setelah berhari-hari berfikir, gue menemukan jawabannya. Sebuah penjelasan yang membuat gue hidup dengan tenang sampai sekarang. Begini kira-kira jawabannya:

  1. X memang curang. X memang dosa. Tapi jika dipikir baik-baik, apa yang X lakukan itu adalah dosa yang tidak merugikan orang lain. Hanya merugikan diri sendiri. X menyontek? Dosa pada Allah. Apakah dia merugikan orang lain? Tidak. Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi orang lain. Dan setidaknya tidak merugikan orang lain. Dan maksimal, hanya merugikan diri sendiri. Dan setelah gue ingat-ingat lagi masa kuliah kita, dalam interaksi antara gue dan dia, tidak pernah pernah sekali pun dia merugikan orang lain. He is actually a nice, decent guy. Yang kebetulan punya habit self-destructive nyontek.
  2. Kita punya 24 jam. Gue baru sadar bahwa X nyontek itu hanya 4 jam di mana gue bertemu dengan dia selama kuliah. Gue baru sadar gue gak tau 20 jam lainnya dia ngapain. Ya gak? Mana tau dia menghabiskan 20 jam di luar kampus untuk berguna bagi orang lain – sementara gue malah merugikan orang lain. Mana tau dia nyebokin neneknya yang lumpuh stroke. Mana tau dia nyantunin anak yatim. Sementara gue merugikan orang lain. Gue gak tau. Dan karena gue gak tau, gue gak berhak menilai.
  3. Allah tidak pernah salah kasih rizki. Dan yang Allah berikan pada seseorang, belum tentu rizki. Siapa tahu cobaan.
  4. Rizki yang Allah titipkan pada orang, sering membuat kita iri. Padahal rahasia di baliknya hanya Allah yang tahu. Kita iri sama kesuksesan seseorang? Mungkin kita gak lihat betapa keras usahanya. Mungkin kita tau bahwa kesuksesan dia dimudahkan karena dia punya tanggungan belasan sanak keluarga. Kita tidak tahu, mungkin saja dia sangat sukses karena karma, berkat doa orang-orang yang dulu dia pernah tolong.
  5. Ah tidak, orang itu tidak pernah berusaha. Tapi kok dia lancar-lancar aja? Allah tidak Adil. Allah itu maha adil. Percaya lah. Ada cerita seorang pejabat yang korupsi. You know what, dibayar kontan kok. Dia punya 5 anak. Ga ada yang bener. 2 ngobat. 1 hamilin anak orang. 1 lagi, dihamili orang. Harta itu bukan selalu rizki. Bisa jadi cobaan. Bagi harta yang haram, beberapa dibayar kontan. Beberapa di akhirat nanti. Yang jelas, semua permainan itu, Allah yang setting. Kita tidak perlu habiskan aura negatif kita menilai dan berteori.

Sejak tahun 2003-2004, gue hidup dengan sangat tenang. Gue tidak pernah lagi menilai kesuksesan materi gue dengan benchmarking orang lain. Gue menilai kesuksesan gue dengan membandingkan diri gue sekarang dengan diri gue yang kemarin.

Jika seseorang sukses dan gue tidak, maka yang gue tanya adalah:

  1. Apakah saya sudah berusaha dengan keras?
  2. Apakah gue sudah berusaha dengan pintar?
  3. Apakah gue sudah salat dengan rapi?
  4. Apakah gue sudah menyempatkan waktu gue mendekatkan diri pada Allah dengan salat tambahan? Duha? Tahajud? Gue minta rizki yang banyak tapi gue tidak meluangkan waktu untuk mendekatkan diri pada Allah, lha mau gimana?
  5. Apakah saya sudah berdoa dengan rajin?
  6. Apakah hidup gue sudah berarti bagi orang lain, dengan cukup berarti sampai orang lain itu dengan tulus mendoakan gue?
  7. Jika pun gue sudah melakukan poin 6, apakah gue sudah melakukan poin 6 untuk 1 orang? Atau 13 orang?
  8. Apakah gue sudah sedekah? Dengan ikhlas? Apakah gue sedekah dengan niat, ya Allah kembalikan semua ini berlipat ganda? Atau gue sedekah dengan niat, Ya Allah, kesedekahkan rizki ini untuk memudahkan orang-orang yang berjuang di jalanMu. Sebagaimana aku harap Engkau memudahkan jalanku.

You know what, kebanyakan orang yang sukses yang gue kenal, tahu dan bahkan baca, tidak selalu berasal dari keluarga miskin atau kaya. Awal perjalanan mereka sering beda. Tapi ada satu kesamaan yang gue selalu temukan dari semua orang sukses. Mereka tahu mereka tidak sukses sendiri. Mereka berguna bagi orang lain dari mulai mereka sendiri masih susah, sampai mereka sudah sangat sukses. Mungkin dari doa-doa orang tertolong ini yang membuat orang-orang sukses ini sangat dimudahkan.

Sejak gue meyakini semua ini di tahun 2003-2004, setiap kali gue mendengar seorang teman promosi, taua dapat naik gaji 30%, atau memulai usaha baru, atau baru beli rumah 5 milyar, atau baru beli kapal tanker, gue tidak pernah iri. Gue katakan pada mereka

“Am so happy for you. Ikut senang, ngiring bingah, semoga lancar, semoga dimudahkan dan sing barokah ya…”

I, control my own life.

Gue mau sukses? Tergantung gue. Apakah gue mau usaha, berdoa? Dan berguna bagi orang lain.

Tweet
32
Sabtu Bersama Bapak - Response Sejauh Ini
Kaya dan Miskin

About the Author

admin

You Might Also Like

  • Demi dan Dani

  • 20151003_163913

    Menurut Kamu, Bagaimana?

  • IMG-20150612-WA0010

    Bubble Tea untuk Semi

  • cinta tanpa syarat

    Cinta Tanpa Syarat

32 Comments

  • Reply umimarfa October 26, 2014 at 10:18 pm

    Membuka pikiran (y)

  • Reply uminino November 4, 2014 at 11:57 am

    setuju ama tulisannya kang adit

  • Reply Adi Fatra November 5, 2014 at 1:22 pm

    Saya pernah punya pikiran yang sama dengan mas adit, biasanya hal itu terjadi ketika kita baru terjun didunia kerja.

    Alhamdulillah tulisan mas adit ini semakin membuat saya untuk belajar lagi tentang memandang hidup.

  • Reply Adi Fatra November 5, 2014 at 1:30 pm

    izin share mas

  • Reply deasy November 8, 2014 at 1:06 pm

    Makasih ya kang…membuka hati banget tulisannya…

  • Reply mom of raffardan November 14, 2014 at 8:49 am

    i thought the same way.. up to now. segala puji hanya pada-Nya.
    mudah2an selalu mendapat hidayah-Nya ya :)

  • Reply Tebez November 17, 2014 at 9:20 am

    Keren kang…
    bener-bener jadi bahan refleksi diri
    thanks kang

  • Reply Outbound November 23, 2014 at 8:16 pm

    Sebuah pemikirian yg sebenarnya ‘sederhana’ tapi justru mengena banget. Paling mengena adalah: Kita minta banyak sama Allah, tapi kenapa kita ga banyak meluangkan waktu banyak utk-Nya? Bacaan terbaik saya hari ini. Makasih sharenya kang…

  • Reply puji December 2, 2014 at 3:00 pm

    keren pak. patut dibaca
    ini pak adhitya mulya yg manager SCM Operations Manager di DAMCO ya?

  • Reply ibnumaroghi December 9, 2014 at 12:17 pm

    izin ngeshare idenya, Kang…

  • Reply Karena Allah Tidak Pernah Salah Kasih Rizki | Chemistography January 11, 2015 at 9:27 am

    […] #Tulisan “Karena Allah Tidak Pernah Salah Kasih Rizki” ini adalah karya Adhitya Mulya. […]

  • Reply Hikmah bisa berasal dari mana saja | mybeautterfly January 18, 2015 at 4:11 am

    […] belakangan, membaca lagi tulisan-tulisan Adhitya Mulya yang ini dan ini membuat jiwa ini tercerahkan. Aseeeek […]

  • Reply june February 23, 2015 at 8:49 am

    Terimakasih atas pencerahannya, btw buku “sabtu bersama bapak ” REALLY RECOMENDED!! semoga saya segera di pertemukan seperti sosok cakra dan satya ^_^ (hehehe) amin.

  • Reply Mumpuni February 26, 2015 at 12:17 am

    Ini ngena sekali. Terimakasih sudah diingatkan. Semoga kita semua tetap istiqomah dalam kebaikan.

  • Reply harry Audia April 20, 2015 at 10:43 am

    insya allah kita bisa spt yg telah dituliskan amin..YRA

  • Reply unita April 23, 2015 at 10:26 am

    Betul, lebih baik memang ukur diri sendiri dulu dan sekarang. Tapi kadang susah euy. Nuhun kang Adhit, diingetin :)

  • Reply Suka berbagi dengan blog orang lain May 7, 2015 at 1:07 pm

    Benar bro, Allah tidak pernah salah kasih rejeki. Kadang orang terlalu yakin ga dapat, yang tidak mengharap eh gampang banget dapatnya. Trims gan, mampir ke blog ane gan kalau berkenan.

  • Reply cerita fajar, tempatku memaparkan June 11, 2015 at 8:27 am

    […] http://suamigila.com/2014/10/karena-allah-tidak-pernah-salah-kasih-rizki.html […]

  • Reply Erplush July 3, 2015 at 10:07 am

    Terima kasih kang, tulisannya menenangkan hati :)

  • Reply pipit August 10, 2015 at 2:37 pm

    wow… yang nomor 8 nampol banget.. karena secara gak sadar sering mengharap untuk dapat yang lebih karena merasa sudah banyak bersedekah :(

    thanks untuk postingan yang ini..

  • Reply Anonymous October 15, 2015 at 6:45 am

    Ijin share ya

    • Reply admin October 15, 2015 at 12:54 pm

      Silahkan.

      • Reply taty erlinda basjir October 15, 2015 at 7:30 pm

        Bagus banget

        • Reply admin October 15, 2015 at 7:45 pm

          Thanks for reading.

  • Reply kusnandar October 23, 2015 at 2:34 pm

    keren, to the point, gaya penyampaian sederhana, inspiratif

  • Reply Raya November 2, 2015 at 9:14 pm

    Lama banget ga baca blog kang adhit dan nemu tulisan ini. aaaaaaa cirambay T.T

    smg kang adhit selalu dalam lindungan Allah, selalu diberi kelancaran dalam segala aktivitas (termasuk nulis di blog maupun proyek buku selanjutnya), selalu diberikan kesehatan kebahagiaan dan rejeki yg halal

    • Reply Adhitya Mulya November 2, 2015 at 10:30 pm

      Hatur nuhun atas doanya.

  • Reply Yossi Fitriani November 19, 2015 at 11:41 am

    ngena banget :’)
    hatur nuhun kang …

    • Reply Adhitya Mulya November 19, 2015 at 12:16 pm

      Thanks for reading.

  • Reply aditya nugraha November 28, 2015 at 6:18 pm

    nuhun kang.mencerahkan nih. apa kabar?
    salam. adit sipil-99 yg pernah pinjem kameranya kang adit.

  • Reply tunggul May 31, 2016 at 3:03 pm

    Mangkanya bro, laen kali nyontek donk. Nyontek yang sukses bikin kite jadi sukses. Antara 2, sukses nyontek ato sukses ketauan dosen trus nilainya antara D atau O

  • Reply zee October 29, 2016 at 11:36 am

    baca ini,,seperti diingatkan kembali…

    so inspired bang… :)

Leave a Reply Cancel Reply

Subscribe & Follow

Recent Comments

  • sibakua on Catatan Mahasiswa Gila – Preorder
  • noviyan darmawan on Swasembada di Indonesia
  • Arma on Swasembada di Indonesia
  • Nadya on Swasembada di Indonesia
  • Aswinda Utari on Sabtu Bersama Bapak Filming (3)

Categories

  • aldebaran
  • Arzachel
  • books
  • Events
  • finance
  • gua
  • humor
  • islam
  • istribawel
  • kids and parenting
  • life
  • love
  • Mencari sesuap nasi (halaaaah)
  • movies
  • politics
  • product review
  • project
  • Short Stories
  • social
  • studies
  • travel
  • Uncategorized
  • work

Archives

Made with in Seattle

© 2013 Solo Pine Designs, Inc. All rights reserved.