Dulu, saat gue masih kuliah, gue punya seorang teman. Katakanlah X. Kita kuliah di teknik sipil ITB – sebuah jurusan yang di tahun 90-an, nilai C dan D tidak boleh diulang. Sangat berat.
Saat kuliah, gue sangat BT dengan X ini karena dia kerjanya nyontek terus. Bukannya apa-apa. Kita ini kan belajar bangun gedung, belajar bangun jembatan. You know, perihal yang dipakai orang banyak. Jika bikin jembatan aja nyontek, gimana nanti saat kerja nanti?
Tapi tetap, X nyontek terus. Dan karenanya, dia dapat IPK 3 dan gue 2.76. karena IPKnya 3 dia dapat tawaran kerja yang sangat banyak sedang gue tidak. Kita lulus di tahun 2001 dan kita pisah, menjalani hidup masing-masing.
Tahun-tahun berlalu, gue gak ngurusin orang lain. Gue hanya ngurusin hidup gue. Kemudian gue kembali in touch dengan X ini di tahun 2003-2004.
Dengan tidak bermaksud membandingkan, gue tidak mengira bahwa dalam hal pekerjaan, ternyata dia lebih lancar dari gue. Karir yang dia miliki, memberikan dia rizki yang tidak habis-habis.
Di titik itu, ada pertanyaan yang muncul dalam diri gue. Dulu kan dia dosa. Kerjanya nyontek. Kok bisa ya Allah mengizinkan dia untuk memiliki karir yang luar biasa seperti ini. Di mana letak keadilan? Dulu gue gak nyontek tapi gue gini-gini aja. Dia kerjanya nyontek tapi kok dia lebih dilancarkan?
Setelah berhari-hari berfikir, gue menemukan jawabannya. Sebuah penjelasan yang membuat gue hidup dengan tenang sampai sekarang. Begini kira-kira jawabannya:
- X memang curang. X memang dosa. Tapi jika dipikir baik-baik, apa yang X lakukan itu adalah dosa yang tidak merugikan orang lain. Hanya merugikan diri sendiri. X menyontek? Dosa pada Allah. Apakah dia merugikan orang lain? Tidak. Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi orang lain. Dan setidaknya tidak merugikan orang lain. Dan maksimal, hanya merugikan diri sendiri. Dan setelah gue ingat-ingat lagi masa kuliah kita, dalam interaksi antara gue dan dia, tidak pernah pernah sekali pun dia merugikan orang lain. He is actually a nice, decent guy. Yang kebetulan punya habit self-destructive nyontek.
- Kita punya 24 jam. Gue baru sadar bahwa X nyontek itu hanya 4 jam di mana gue bertemu dengan dia selama kuliah. Gue baru sadar gue gak tau 20 jam lainnya dia ngapain. Ya gak? Mana tau dia menghabiskan 20 jam di luar kampus untuk berguna bagi orang lain – sementara gue malah merugikan orang lain. Mana tau dia nyebokin neneknya yang lumpuh stroke. Mana tau dia nyantunin anak yatim. Sementara gue merugikan orang lain. Gue gak tau. Dan karena gue gak tau, gue gak berhak menilai.
- Allah tidak pernah salah kasih rizki. Dan yang Allah berikan pada seseorang, belum tentu rizki. Siapa tahu cobaan.
- Rizki yang Allah titipkan pada orang, sering membuat kita iri. Padahal rahasia di baliknya hanya Allah yang tahu. Kita iri sama kesuksesan seseorang? Mungkin kita gak lihat betapa keras usahanya. Mungkin kita tau bahwa kesuksesan dia dimudahkan karena dia punya tanggungan belasan sanak keluarga. Kita tidak tahu, mungkin saja dia sangat sukses karena karma, berkat doa orang-orang yang dulu dia pernah tolong.
- Ah tidak, orang itu tidak pernah berusaha. Tapi kok dia lancar-lancar aja? Allah tidak Adil. Allah itu maha adil. Percaya lah. Ada cerita seorang pejabat yang korupsi. You know what, dibayar kontan kok. Dia punya 5 anak. Ga ada yang bener. 2 ngobat. 1 hamilin anak orang. 1 lagi, dihamili orang. Harta itu bukan selalu rizki. Bisa jadi cobaan. Bagi harta yang haram, beberapa dibayar kontan. Beberapa di akhirat nanti. Yang jelas, semua permainan itu, Allah yang setting. Kita tidak perlu habiskan aura negatif kita menilai dan berteori.
Sejak tahun 2003-2004, gue hidup dengan sangat tenang. Gue tidak pernah lagi menilai kesuksesan materi gue dengan benchmarking orang lain. Gue menilai kesuksesan gue dengan membandingkan diri gue sekarang dengan diri gue yang kemarin.
Jika seseorang sukses dan gue tidak, maka yang gue tanya adalah:
- Apakah saya sudah berusaha dengan keras?
- Apakah gue sudah berusaha dengan pintar?
- Apakah gue sudah salat dengan rapi?
- Apakah gue sudah menyempatkan waktu gue mendekatkan diri pada Allah dengan salat tambahan? Duha? Tahajud? Gue minta rizki yang banyak tapi gue tidak meluangkan waktu untuk mendekatkan diri pada Allah, lha mau gimana?
- Apakah saya sudah berdoa dengan rajin?
- Apakah hidup gue sudah berarti bagi orang lain, dengan cukup berarti sampai orang lain itu dengan tulus mendoakan gue?
- Jika pun gue sudah melakukan poin 6, apakah gue sudah melakukan poin 6 untuk 1 orang? Atau 13 orang?
- Apakah gue sudah sedekah? Dengan ikhlas? Apakah gue sedekah dengan niat, ya Allah kembalikan semua ini berlipat ganda? Atau gue sedekah dengan niat, Ya Allah, kesedekahkan rizki ini untuk memudahkan orang-orang yang berjuang di jalanMu. Sebagaimana aku harap Engkau memudahkan jalanku.
You know what, kebanyakan orang yang sukses yang gue kenal, tahu dan bahkan baca, tidak selalu berasal dari keluarga miskin atau kaya. Awal perjalanan mereka sering beda. Tapi ada satu kesamaan yang gue selalu temukan dari semua orang sukses. Mereka tahu mereka tidak sukses sendiri. Mereka berguna bagi orang lain dari mulai mereka sendiri masih susah, sampai mereka sudah sangat sukses. Mungkin dari doa-doa orang tertolong ini yang membuat orang-orang sukses ini sangat dimudahkan.
Sejak gue meyakini semua ini di tahun 2003-2004, setiap kali gue mendengar seorang teman promosi, taua dapat naik gaji 30%, atau memulai usaha baru, atau baru beli rumah 5 milyar, atau baru beli kapal tanker, gue tidak pernah iri. Gue katakan pada mereka
“Am so happy for you. Ikut senang, ngiring bingah, semoga lancar, semoga dimudahkan dan sing barokah ya…”
I, control my own life.
Gue mau sukses? Tergantung gue. Apakah gue mau usaha, berdoa? Dan berguna bagi orang lain.
32 Comments
Membuka pikiran (y)
setuju ama tulisannya kang adit
Saya pernah punya pikiran yang sama dengan mas adit, biasanya hal itu terjadi ketika kita baru terjun didunia kerja.
Alhamdulillah tulisan mas adit ini semakin membuat saya untuk belajar lagi tentang memandang hidup.
izin share mas
Makasih ya kang…membuka hati banget tulisannya…
i thought the same way.. up to now. segala puji hanya pada-Nya.
mudah2an selalu mendapat hidayah-Nya ya
Keren kang…
bener-bener jadi bahan refleksi diri
thanks kang
Sebuah pemikirian yg sebenarnya ‘sederhana’ tapi justru mengena banget. Paling mengena adalah: Kita minta banyak sama Allah, tapi kenapa kita ga banyak meluangkan waktu banyak utk-Nya? Bacaan terbaik saya hari ini. Makasih sharenya kang…
keren pak. patut dibaca
ini pak adhitya mulya yg manager SCM Operations Manager di DAMCO ya?
izin ngeshare idenya, Kang…
[…] #Tulisan “Karena Allah Tidak Pernah Salah Kasih Rizki” ini adalah karya Adhitya Mulya. […]
[…] belakangan, membaca lagi tulisan-tulisan Adhitya Mulya yang ini dan ini membuat jiwa ini tercerahkan. Aseeeek […]
Terimakasih atas pencerahannya, btw buku “sabtu bersama bapak ” REALLY RECOMENDED!! semoga saya segera di pertemukan seperti sosok cakra dan satya ^_^ (hehehe) amin.
Ini ngena sekali. Terimakasih sudah diingatkan. Semoga kita semua tetap istiqomah dalam kebaikan.
insya allah kita bisa spt yg telah dituliskan amin..YRA
Betul, lebih baik memang ukur diri sendiri dulu dan sekarang. Tapi kadang susah euy. Nuhun kang Adhit, diingetin
Benar bro, Allah tidak pernah salah kasih rejeki. Kadang orang terlalu yakin ga dapat, yang tidak mengharap eh gampang banget dapatnya. Trims gan, mampir ke blog ane gan kalau berkenan.
[…] http://suamigila.com/2014/10/karena-allah-tidak-pernah-salah-kasih-rizki.html […]
Terima kasih kang, tulisannya menenangkan hati
wow… yang nomor 8 nampol banget.. karena secara gak sadar sering mengharap untuk dapat yang lebih karena merasa sudah banyak bersedekah
thanks untuk postingan yang ini..
Ijin share ya
Silahkan.
Bagus banget
Thanks for reading.
keren, to the point, gaya penyampaian sederhana, inspiratif
Lama banget ga baca blog kang adhit dan nemu tulisan ini. aaaaaaa cirambay T.T
smg kang adhit selalu dalam lindungan Allah, selalu diberi kelancaran dalam segala aktivitas (termasuk nulis di blog maupun proyek buku selanjutnya), selalu diberikan kesehatan kebahagiaan dan rejeki yg halal
Hatur nuhun atas doanya.
ngena banget :’)
hatur nuhun kang …
Thanks for reading.
nuhun kang.mencerahkan nih. apa kabar?
salam. adit sipil-99 yg pernah pinjem kameranya kang adit.
Mangkanya bro, laen kali nyontek donk. Nyontek yang sukses bikin kite jadi sukses. Antara 2, sukses nyontek ato sukses ketauan dosen trus nilainya antara D atau O
baca ini,,seperti diingatkan kembali…
so inspired bang…