Suamigila.com
  • About
  • Novel
  • Contact

How Islamic, Are Islamic Countries?

By admin • November 10, 2011 • islam, social, studies
DSC_1531
Share on Tumblr

Masih inget postingan gue yang ini?
http://suamigila.com/2011/03/16/akar-masalah-negara-ini/

Ada uneg-uneg lebih lanjut nih. Kita tinggal di negara yang populasi islamnya tertinggi. Negara yang semarak pengabdian ritualnya (hubungan dengan Allah) sangat kental. Namun gue selalu ngeliat bahwa ajaran islam pada masyarakat kita tidak membentuk karakter yang islami.

Korupsi marak dan mendarah daging. Di jalanan, orang gak bisa antri. Maen serobot aja. Mobil boleh deh Kijang Innova 200 juta. Mental antrinya kayak tai. Ibu-ibu boleh deh pake jilbab. Giliran antri Transjakarta, maen serobot. banyak orang yang shalat tapi gak seua dari orang itu terbentuk karakternya oleh sholat dan Al Quran yang mereka baca.

Justru di Indonesia, rugi jadi orang baik. Rugi kalo mengikuti aturan. Antri bikin paspor bisa 1 hari lebih. Orang yan bayar calo bisa 1 jam selesai. Antri macet gak pake serobot bisa 3 jam stuck. Maen serobot bisa 1 jam. Di kerjaan, gak mau korupsi justru dikucilkan dan disusahkan karirnya karena kiri kanan dan atas maen korupsi semua.

Mau ngadu? Mau lapor? Sistem keadilannya gak jalan. Jaksanya maen tuntut dengan hukuman ringan, hakimnya bisa diatur. Orang yan melanggar atau orang yang korupsi, lebih enak hidupnya. Orang baik, susah. Sistem keadilannya tidak memerlihatkan bahwa Kejahatan Akan Diganjar. Apa hubungannya sistem keadilan dengan islam? Kan neara kita bukan negara islam. Betul. Tapi kita negara dengan populasi islam 87% dari 230 juta. Artinya meski sistem keadilan kita bukan negara islam, tetap 8 dari 10 jaksa, 8 dari 10 hakim, 8 dari 10 polisi, adalah orang islam. orang islam yang baik akan menunaikan profesinya dengan baik. Ini tidak terjadi. Sholat jumat aja kenceng. Lebaran aja kenceng. Tapi nilai dari ibadah itu tidak dipraktekkan.

Semua ini membuat gue bertanya, sebenarnya seberapa islam kah negara kita? seberapa jauh kah orang indonsia, yang 8 dari 10 orangnya muslim, enegakkan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari?

Pertanyaan gue akhirnya terjawab dala artikel kompas di bawah ini.
(di copy paste dari kompas)
——————————————————-
Keislaman Indonesia

KOMPAS | Sabtu, 5 November 2011 | 09:03 WIB

Oleh : Komaruddin Hidayat,

Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Sebuah penelitian sosial bertema ”

How Islamic are Islamic Countries” menilai Selandia Baru berada di urutan pertama negara yang paling islami di antara 208 negara, diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim menempati urutan ke-140.

Adalah Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University yang melakukan penelitian ini. Hasilnya dipublikasikan dalam Global Economy Journal (Berkeley Electronic Press, 2010). Pertanyaan dasarnya adalah seberapa jauh ajaran Islam dipahami dan memengaruhi perilaku masyarakat Muslim dalam kehidupan bernegara dan sosial?

“Kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah ”

Ajaran dasar Islam yang dijadikan indikator dimaksud diambil dari Al Quran dan hadis, dikelompokkan menjadi lima aspek. Pertama, ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Kedua, sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan sosial. Ketiga, sistem perundang-undangan dan pemerintahan. Keempat, hak asasi manusia dan hak politik. Kelima, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat non-Muslim.

Setelah ditentukan indikatornya, lalu diproyeksikan untuk menimbang kualitas keberislaman 56 negara Muslim yang menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang rata-rata berada di urutan ke-139 dari sebanyak 208 negara yang disurvei.

Pengalaman UIN Jakarta

Kesimpulan penelitian di atas tak jauh berbeda dari pengalaman dan pengakuan beberapa ustaz dan kiai sepulang dari Jepang setelah kunjungan selama dua minggu di Negeri Sakura. Program ini sudah berlangsung enam tahun atas kerja sama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

Para ustaz dan kiai itu difasilitasi untuk melihat dari dekat kehidupan sosial di sana dan bertemu sejumlah tokoh. Setiba di Tanah Air, hampir semua mengakui bahwa kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. Masyarakat terbiasa antre, menjaga kebersihan, kejujuran, suka menolong, dan nilai-nilai Islam lain yang justru makin sulit ditemukan di Indonesia.

Pernyataan serupa pernah dikemukakan Muhammad Abduh, ulama besar Mesir, setelah berkunjung ke Eropa. “Saya lebih melihat Islam di Eropa, tetapi kalo orang Muslim banyak saya temukan di dunia Arab”, katanya.

Kalo saja yang dijadikan indikator penelitian untuk menimbang keberislaman masyarakat itu ditekankan pada aspek ritual-individual, saya yakin Indonesia menduduki peringkat pertama menggeser Selandia Baru. Jumlah yang pergi haji setiap tahun meningkat, selama Ramadhan masjid penuh dan pengajian semarak dimana-mana. Tidak kurang dari 20 stasiun televisi di Indonesia setiap hari pasti menyiarkan dakwah agama. Terlebih lagi selama bulan Ramadhan, hotel pun diramaikan oleh tarawih bersama. Ditambah lagi yang namanya ormas dan parpol Islam yang terus bermunculan.

Namun, pertanyaan yang kemudian dimunculkan oleh Rehman dan Askari bukan semarak ritual, melainkan seberapa jauh ajaran Islam itu membentuk kesalehan sosial berdasarkan ajaran Al Quran dan Hadis.

Contoh perilaku sosial di Indonesia yang sangat jauh dari ajaran Islam adalah maraknya korupsi, sistem ekonomi dengan bunga tinggi, kekayaan tidak merata, persamaan hak bagi setiap warga Negara untuk memperoleh pelayanan Negara dan untuk berkembang, serta banyak aset sosial yang mubazir. Apa yang dikecam ajaran Islam itu ternyata lebih mudah ditemukan di masyarakat Muslim ketimbang negara-negara Barat. Kedua peneiliti itu menyimpulkan:

… it is our belief that most self-declared and labeled Islamic countries are not conducting their affairs in accordance with Islamic teachings – at least when it comes to economic, financial, political, legal, social and government policies.

Dari 56 negara anggota OKI, yang memperoleh nilai tertinggi adalah Malaysia (urutan ke-38), Kuwait (48), Uni Emirat Arab (66), Maroko (119), Arab Saudi (131), Indonesia (140), Pakistam (147), dan terburuk adalah Somalia (206). Negara barat yang dinilai mendekati nilai-nilai Islam adalah Kanada di urutan ke-7, Inggris (8), Australia (9), dan Amerika Setikat (25).

Sekali lagi, penelitian ini tentu menyisakan banyak pertanyaan serius yang perlu juga dijawab melalui penelitian sebanding. Jika masyarakat atau negara Muslim korup dan represif, apakah kesalahan ini lebih disebabkan oleh perilaku masyarakatnya atau pada sistem pemerintahnya? Atau akibat sistem dan kultur pendidikan Islam yang salah? Namun, satu hal yang pasti, penilitian ini menyimpulkan bahwa perilaku sosial, ekonomi, dan politik negara-negara anggota OKI justru berjarak lebih jauh dari ajaran Islam dibandingkan negara-negara non-Muslim yang perilakunya lebih Islami.

Semarak dakwah dan ritual

Hasil penelitian ini juga menyisakan pertanyaan besar dan mendasar: mengapa semarak dakwah dan ritual keagamaan di Indonesia tidak mampu mengubah perilaku sosial dan birokrasi sebagaimana yang diajarkan Islam, yang justru dipraktikkan di negara-negara sekuler?

Tampaknya keberagamaan kita lebih senang di level dan semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual, tetapi menyepelekan kesalehan sosial. Kalau seorang Muslim sudah melaksanakan lima rukun Islam – shahadat, shalat, puasa, zakat, haji – dia sudah merasa sempurna. Semakin sering berhaji, semakin sempurna dan hebatlah keislamannya. Padahal misi Rasulullah itu datang untuk membangun peradaban yang memiliki tiga pilar utama: kelimuan, ketakwaan, dan akhlak mulia atau integritas. Hal yang terakhir inilah, menurut Rehman dan Askari, dunia Islam mengalami krisis.

Sekali lagi, kita boleh setuju atau menolak hasil penelitian ini dengan cara melakukan penelitian tandingan. Jadi jika ada pertanyaan:

How Islamic are Islamic Political Parties?, menarik juga dilakukan penelitian dengan terlebih dahulu membuat indikator atau standar berdasarkan Al Quran dan Hadis. Lalu diproyeksikan juga untuk menakar keberislaman perilaku partai-partai yang mengusung simbol dan semangat agama dalam perilaku sosialnya. ***
——————————————————-

Ternyata artikel di atas, dan studi di atas, mengonfirmasikan kekecewaan gue selama ini. Mengonfirmasikan kenapa perilaku orang indonesia seperti ini.

Semua kembali ke diri masing-masing. mau setuju silahkan, mau nggak setuju ya gak papa, gue juga ga ngemis orang untuk baca blog ini.

Ada beberapa cara praktis untuk menjadi orang Indonesia yang lebih baik.
1. 30% isi Al quran mengatur Hamblumminallah (hubungan dengan Allah), 70% tentang hamblumminannas (ubungan antar manusia). Mesjid penuh adalah pertanda kita baik dalam mempraktisi 30% isi Quran. maraknya korupsi, gak mau antre di jalan, pertanda kita masih harus beljar yang sisa 70% itu.

2. Hubungan dengan Allah sama pentingnya dengan hubungan dengan manusia. Yang terjadi sekarang adalah orang korupsi 100 milyar tapi masih sholat. Hubungan dengan Allah merasa baik, tapi bikin sengsara ribuan rakyat karena rizkinya tertahan oleh korupsinya.

3. Al-Quran jangan dibaca. Tapi dikaji. Makanya aktifitasnya kita namakan mengaji Quran.
“Eh ngaji Yuk.”
“Udah maghrib, waktunya ngaji.”
selesai baca, didiskusikan, dipelajari dengan ustadz dan dipraktekkan.

Itu sih gue aja. Kalo ada yang gak setuju ya silahkan.

Tweet
46
Jual Buku Bekas
Pre-Order - Joker by Valiant Budi Yogi

About the Author

admin

You Might Also Like

  • Semua Kembali Pada Niat

  • 20151003_163913

    Menurut Kamu, Bagaimana?

  • IMG-20151003-WA0021

    Tujuan Hidup

  • djuhro

    Dari Mana Kita Berasal

46 Comments

  • Reply prittakartika November 11, 2011 at 7:34 pm

    Saya sering penasaran unt masalah yg sama. Dan sejauh ini, konklusi saya adalah ini semua terkait erat dg wawasan para pemimpin yg membuat sistem. Mungkin pemimpinnya juga kurang Islami, maka sistemnya menjadi kurang Islami. Kalau sistem sudah Islami dan kuat, masyarakat hanya mengikuti saja, kok. Trims.

  • Reply Eka November 11, 2011 at 8:08 pm

    dan yang paling ironis ialah ketika kita masuk ke mesjid megah, tetapi mendapati toiletnya kotor bukan main :(

    dan gw pernah diliatin dengan tatapan aneh ketika mencoba membersihkan tempat wudhu yang super kotor karena jamaahnya memutuskan bahwa larangan untuk menggunakan sendal di dalam adalah bohong belaka, ckckck,,

  • Reply Eka November 13, 2011 at 12:38 am

    Setuju.
    PR buat saya untuk mengaji lebih banyak dan menerapkan apa yang saya dapat sebisanya.

    Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing” (HR Muslim).

    http://buletin.muslim.or.id/at-tauhid-tahun-iii/islam-awalnya-asing-dan-akan-kembali-dalam-keadaan-asing

  • Reply adfa November 14, 2011 at 9:06 pm

    Setuju, terkadang dikehidupan sehari-hari seperti didunia kerja (swasta) mungkin korupsi tidak semarak seperti di pemerintahan. tetapi satu fenomena yang bener2 bikin muak, dikantor terkadang lelah bener melihat bos atau teman sekerja mereka sudah haji ,solat tepat waktu (bahkan di mesjid) dan rajin puasa senin kamis. Tapi semua itu tetap membuat mereka haus untuk posisi dan harta, semua cara dilakukan (kalau cara yang benar saya masih lumrah) sampai cara yang menurut saya itu sangat!!!!! tidak islami sekali, teman sejawat yang satu kepercayaan disikut kalau perlu dibuat sampai keluar dari kantor dan anak buah dipress (kalau perlu hanya dia sebagai bos yang benar dan tidak pernah salah) …ini fenomena yang bener2 saya tidak habis pikir, saya akui saya seorang islam yang belum muslim sekali, tetapi hubungan antar manusia itu kan sebenarnya hal yang terus kita pelajari selama hidup kita(dengan cara mengevaluasi diri selalu)..
    Semoga kita bisa mendapatkan pencerahan untuk perbaikan kehidupan yang lebih baik.

    PS:mas izin Copas

    Trims

  • Reply Dhay November 16, 2011 at 10:49 pm

    satu kata aja kang adhit: setuju!

  • Reply hilmy November 17, 2011 at 1:43 am

    kalo kata cak nun, islam itu 99%-ny aibadah muamalah, yaitu menyangkut hubungan kita dengan alam dan manusia.

  • Reply Iman November 17, 2011 at 2:08 am

    Pertama kali saya tengok link nya di Kompas sudah terhidu aroma provokatif. Namanya judul yah boleh-boleh saja meski link ke paper nya tak dibuka atau at least tabelnya.

    Islamic index atau Civic index ?

    Peringkatnya mgkn tak beda jauh dgn survei2 yg nongol tiap tahun macam world’s most liveable city dll.
    Jadi tak akan nyambung jika parameter yg dipakai adalah aspek-aspek humanis.

    Baghdad di masa khalifah Harun al Rasyid adalah utopia yg menjadi kenyataan sehingga dinobatkan sbg negeri 1001 malam. Saya membayangkannya sbg malam terpanjang 24×1001 jam yg tiada seorang pun ingin waktu beranjak pagi, saking seronoknya keadaan di masa itu :-) Delightful time for everyone !

    Peradaban tertinggi di masa nya, sebut saja iptek, seni, literatur, tatakota, kesehatan, ekonomi, hubungan luar negeri dll.
    Namun masa inipun tak bisa dikatakan paling Islami meskipun Baghdad adalah sebuah negeri Islam.
    Kekuasaan absolut raja, rakyat sujud dihadapan raja, musuh kekuasaan harus dienyahkan secara rela atau terpaksa, mata-mata negara mengintai siang malam, dll. Tak heran ini masa yg digambarkan Rasulullah SAW sbg era raja yg menggigit.

    Negara2 Islam perlu mengokohkan tauhid dan jelas harus menyelesaikan PR-PR nya :-)

    • Reply Nael June 25, 2015 at 3:04 pm

      konteksnya kenapa yang digunakan sebagai indikator untuk indeksnya adalah humanis karena kalau aspek yang transedental kan kita gak bisa ngukur. kalau aspek humanis dalam Islam sendiri kan penting dan jadi salah satu indikator keimanan dan keberagamaan kita. ini kenapa khablum minnannas-nya penting.

  • Reply Achmad Mardiansyah November 17, 2011 at 4:56 am

    kebetulan kita di australia juga pernah diskusi ini:
    saya tulis di:
    http://achmad.glclearningcenter.com/2011/10/10/hidup-di-sydney-lebih-islami-benarkah/

  • Reply Ria November 17, 2011 at 11:46 pm

    setuju banget.. trenyuh dan speechless..

    tapi menurut saya, yah kita belum bisa berbuat banyak, mentok-mentoknya, “yaudah mau gimana?”
    kecuali, setidaknya kita mulai hari ini setelah baca postingan ini, akan mengubah kebiasaan yang tidak Islami menjadi Islami, dan akan kita tularkan kepada lingkungan di sekitar kita.. seenggaknya, minimalnya kaya gitu.. :)

  • Reply linda adnil November 19, 2011 at 2:52 am

    dr dulu ini pertanyaan besar saya..senang bisa baca artikel ini..saya setuju dengn mas adit.!

  • Reply nadhika November 23, 2011 at 2:33 am

    setuju mas….andai semua orang mau membaca tulisan mas dan merenung sebentar

  • Reply adit tea November 23, 2011 at 2:30 pm

    Selaras dengan apa yang saya alami disini (qatar)
    Negara yg “mungkin” penduduk lokalnya adalah Muslim. Dari segi Ibadah, di negara ini terfasilitasi dengan baik, masjid dengan karpet empuk full AC terletak di banyak tempat. Akses untuk mendapatkan Al Quran gratis plus alat2 shalat hanya dengan menunjukkan RP pun mudah di dapat. Orang disini rata2 shalat tepat waktu dimanapun itu berada, entah itu sedang di taman, di mall,maupun di stadion ketika Indonesia vs Qatar kemarin. Kalo anda ingin mendengar Adzan di mall disinilah tempatnya. Daging babi dan alkhohol tidak mudah di dapat , sangat2 prohibited. Jadi intinya negara ini dengan kekayaan dan kekuasaanya bener2 mengatur dan memfasilitasi orang untuk dekat dengan Allah. Tapi dengan begitu apakah orang2 lokal disini bersikap Islami sesama menusia lain?? jawabanya TIDAK!! . Yang gw tulis disini generally ya jd g bisa dipukul rata. Berikut cntoh kelakuan orang2 lokal sini yg cukup menonjol ketidak Islamanya :
    1. Kalo ngantri suka nyerobot (entah itu di kasir ato dimanapun apalagi kl di depanya orang Asia selatan ato Asia tenggara)
    2. Tidak sabar. ( bisa di liat cara mereka menyetir)
    3. Kalo bekerja di pelayanan publik, tidak ramah kl tidak bisa dibilang merendahkan. lagi2 apabila si tamu adalah pendatang.
    4.Bikin masalah ama orang lokal adalah cari mati.
    5. Suka hidup bermewah mewah.
    dll

  • Reply mada November 23, 2011 at 11:09 pm

    setuju..tetapi kalo menurut gw tetep ga ada ruginya jadi orang baik di manapun..different in posiitive way is always a good thing,meskipun terkadang kebaikan itu tidaklah cukup…

  • Reply wening November 24, 2011 at 9:28 am

    wow ternyata bukan saya saja yang mempertanyakan hal ini…mari kita sebarkan renungan ni biar pejabat2 pada merenung..coz klo menurut saya ini disebabkan oleh kepemimpinan yg salah yg memupuk KKN, budaya uang rokok, mendukung kapitalis bukan nasionalis, tipuan tipuan lainnya yg membodohi rakyat begitu lama itu lho,,,lho maap jadi esmosi n gak nyambung heu heu :p

  • Reply Martini ariani November 25, 2011 at 4:44 am

    Berarti orang Indonesia msh banyak yg belum berislam,dlm Surat Al-‘Ashr disebutkan sebenarnya manusia dlm keadaan merugi kecuali 4 golongan: 1.Beriman, 2.Mengerjakan amal sholeh, 3.nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran, 4.nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran…..marilah kita perbaiki indonesia dari sekala kecil yaitu mulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita,Insyaallah indonesia akan lebih baik….amin.

  • Reply Gunawan Setyadi November 29, 2011 at 3:57 am

    Beberapa tahun lalu kompas menulis artikel senada dengan judul kurang lebih “Islam di Arab muslim di Amerika”.
    Selama berkesempatan kunjungan ke beberapa negara-negara “barat” dalam hal prilaku saya kira tulisan tersebut ada benarnya. Kita harus akui bahwa dalam banyak hal memang lebih “bobrok” dari mereka.
    Perbaikan hanya bisa dimulai dari diri sendiri ….

  • Reply noph December 1, 2011 at 2:39 am

    setuju banget mas adhit, saya juga kepikiran ttg hal ini, kalo saya berkesimpulan bahwa ajaran islam baru jadi pelajaran di sekolah2 ajah dan udah, berenti ampe di situ ajah. belum bisa diamalkan. apalagi orang baca qur’an kan cuman ngejar jumlah ayat yang dibaca karena ada pahala di tiap ayat dan hurufnya, jadi jarang yang baca arti/terjemahannya setalah itu….
    ada satu hal yang bisa dilakuin, mulai memberikan hukuman publik :)

  • Reply Pria Biru December 1, 2011 at 4:03 am

    Salam Kenal….

    Pasangan keluargakah antara anda (suamigila…Ups…!) dengan Istribawel…?

    Pasangan klop…keren…!

    Ok salam kenal aja ya….

  • Reply JHaZKiTaRo December 1, 2011 at 8:11 pm

    salam kenal.. jemput singgah blog hamba (Aku Sebutir Pasir) kalau nak baca pengalaman hamba kembara ke 46 buah negara.. :)

  • Reply Kuliner December 1, 2011 at 8:32 pm

    hemm, memang sulit menasihati agar mnjadi islamic tapi bukan berarti tidak mungkin 😀

  • Reply vaye December 2, 2011 at 9:59 pm

    uneg uneg gua terwakili banget sama tulisan ini..miris sama keadaan orang sekitar termasuk diri sendiri yang solat sih solat 5 waktu ngaji sih ngaji kadang kadang tapi hampir sama sekali ga tercermin sama tingkah laku harian -_______-” nampol diri sendiri deh..ijin share

  • Reply sherlie December 12, 2011 at 3:41 am

    izin utk share mas..

  • Reply novita angelia December 13, 2011 at 5:56 am

    saya Muallaf. dan banyak banget pertanyaan di dalam pikiran saya mengenai Islam setelah saya menjadi Muallaf. terutama di negara ini.
    Dan Thanks, Tulisan mas Adit memberi salah satu hidayah buat saya :)

  • Reply kepalakubus December 20, 2011 at 11:29 pm

    apakah secara implisit mas adit lagi bilang kekhilafahan adalah jawabannya? (sharia law) ?

  • Reply rheena December 21, 2011 at 10:34 pm

    Saya sedikit kurang setuju dengan penelitian tersebut, di data statistik yang saya dapat pada: http://www.nationmaster.com/graph/cri_tot_cri-crime
    malah urutannya berkebalikan.
    Negara-negara yang disebut di penelitian tersebut yang katanya mencerminkan kehidupan islami paling baik malah mempunyai data kriminal terbanyak yaitu United States (Amerika Serikat), United Kingdom(Inggris), Jepang, Kanada, dan Selandia Baru. Sedangkan negara yang tergabung dalam OKI (negara mayoritas muslim) malah berada di posisi terbawah, dimana mempunyai data kriminal yang rendah, yang jika ditunjukkan dengan pie chart tidak keliahatan seperti gambar diatas.

    Sedangkan untuk total korban kriminal dilihat pada:
    http://www.nationmaster.com/graph/cri_tot_cri_vic-crime-total-victims
    Australia 30.1%. New Zealand 29.4% United Kingdom 26.4% Canada 23.8% United States 21.1% dan Japan
    15.2%.

    Jumlah korban tersebut merupakan persentase dari total penduduk dari negara tersebut. Data mengacu pada korban dari kriminal yaitu: perampokan, pencurian, perampokan berusaha, pencurian mobil, mobil vandalisme, pencurian sepeda, kekerasan seksual, pencurian dari mobil, pencurian properti pribadi, penyerangan dan ancaman.

    Jadi masihkah penelitian tersebut relevan?
    Saya ragu karena yang meneliti adalah di Washington University, dimana disana banyak yang mempunyai paham islamophobia, dan UIN juga merupakan Universitas yang sudah termasuki paham-paham islam liberal :(

  • Reply Asuransi Prudential December 23, 2011 at 10:20 pm

    Pengalaman Kang Adit ga beda jauh dengan yg saya alami sehari-hari. Sbg seorang Islam kadang sy juga minder. Mungkin kita hrs ingat 3M ala AA’ Gym lagi. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal” kecil, Mulai dari sekarang

  • Reply desi sudarmadji December 29, 2011 at 2:36 am

    Menarik banget, memang kalau agama jadi sekedar budaya, memisahkan antara hubungan dengan di Atas dan interaksi sosial. Semoga tulisan ini. Isa dibaca oleh banyak pihak.

  • Reply rheena December 29, 2011 at 3:49 am

    Saya kurang setuju dengan penelitian ini. Jika saya lihat data kriminal dunia dari UNODC malah bertolakbelakang dengan hasil penelitian ini.
    Negara-negara mayoritas muslim (Saudi Arabia, Turki, United Emirat Arab, Yemen) cendrung mempunyai data statistik kriminal yang rendah kebanyakan malah berada pada kelompok below the lowest quartile (berada dibawah kelompok terendah) sedangkan negara-negara yang katanya lebih islami seperti USA, Inggris(UK), canada, new zealand malah lebih banyak berada di daerah above the highest quartile (berada di atas kelompok tertinggi) yang berarti mempunyai tingkat kasus kriminal yang tinggi.

    Jika kita lihat beberapa indeks-indeks yang digunakan dalam penelitian itu tidak mencerminkan nilai islami seperti indeks parlemen, politik (demokrasi), indeks kebebasan, indeks militer, indeks inflasi, indeks privatisasi energi, indeks perbankan, indeks kredit, stocks traded, dll dimana merupakan indeks yang cenderung mendekati sistem liberal. Sedangkan data kriminal yang banyak diatur dalam hukum islam tidak dimasukkan. Jadi penelitian ini setidaknya kurang relevan dengan hukum islam dan penilaian negara islami.

    Detail data dan uraian bisa dibaca di: http://jejakrina.wordpress.com/2011/12/27/ketidaksesuaian-penelitian-how-islamic-are-islamic-countries-dengan-data-statistik-kriminal/

  • Reply Lilik Puji Rahayu January 18, 2012 at 11:10 pm

    Ijin saya share linknya di account Facebook saya ya….

  • Reply Marjuni Nnzz February 2, 2012 at 1:00 am

    sy tak pandai merangkai kata dan bahasa, sy cm ingin mengajak kita semua bermuhasabah, bahasa kerennya, How Islamic am I ?!

  • Reply Gummy Cakra Bayu February 2, 2012 at 8:19 pm

    Event tahun baru kemarin merupakan sebuah titik balik dari segala keheningan saya atas ketidak setujuan saya dengan budaya muslim yang tidak menghormati manusia lain pemeluk agama selain islam.satu postingan dari salah satu kenalan saya di banyuwangi membuat hati saya betul-betul sedih..dia berkata bahwa…seharusnya kita tidak mengucapkan selamat tahun baru..kepada orang..karena umat islam tahun baru nya adalah tahun baru syawal..dan bukan tahun baru international.akan sangat bodoh bagi kita untuk mengucapkan selamat tahun baru dan merayakan nya…krn itu budaya nasrani dan yahudi dan tidak sesuai akidah islam

    Tapi yang saya harus jawab..bahwa keluarga besar kami pemeluk 5 agama besar di Indonesia…dan setiap kami semua berkumpul yang kita rasakan adalah kebahagiaan kebersamaan itu sendiri.semua leluhur kami beragama berbeda, dengan masing2 budaya dan tata cara bicara berbeda(keluarga kami adalah campuran dari suku jogja katolik, madura islam, ambon protestan, budha tionghoa, dan hindu bali)…

    Jika menyinggung agama lain yakni agama selain agama islam, adalah sama saja dengan menyinggung semua leluhur kami. dan itu sangat menyakitkan

    Tidak perduli apakah kamu solat kearah ka’abah, menyimpan patung yesus dan budha, pergi ke pura, dan membakar dupa.jika pada akhir nya perkataan mu menyinggung perasaan orang lain..semua itu berarti nol.

    Sorry to say, tapi

  • Reply Lia A February 16, 2012 at 2:36 pm

    “30% isi Al quran mengatur Hamblumminallah (hubungan dengan Allah), 70% tentang hamblumminannas (ubungan antar manusia).”

    Kang Adit, ini statistiknya akurat atau kira2? boleh tahu resource nya? Thank you…

  • Reply Aryo Kirono March 1, 2012 at 2:42 am

    Terlepas dari hasil suvei itu, akuilah saja klo negara tercinta ini memang masi jauh dari nilai ke-Islam-an. Yang jelas terlihat bahwa budaya yang simpel seperti budaya antri (sering di serobot oleh orang2 yg maaf kadang berjilbab dan mereka dengan muka yang tidak bersalah berdiri di depan saya mengambil antrian saya) dan budaya menjaga kebersihan aja tidak ada. Toleransi kepada sesama aja masi jauh. Dan masi banyak sifat2 buruk yg remeh yg dengan enaknya masi dilakukan oleh orang2 kita. Paling ga melalui blog ini kita bs berintrospeksi paling tidak kepada diri sendiri supaya menjadi pribadi yang lebi baik.

  • Reply Allice April 1, 2012 at 10:07 pm

    setuju dengan rheena…bahwa kita sebagai umat muslim, harus hati-hati dengan kemungkinan pergeseran nilai2 salahsatunya melalui cara2 islam liberal ini, jikapun fakta memang di negara kita masih banyak perilaku tidak islami, maka itu merupakan pe-er besar bagi kita selaku umat yang mengaku muslim, kembali kepada pemikiran sederhana, mulai dari diri sendiri, lalu tularkan kepada org terdekat dan lingkungan sekitar. klise….tapi begitulah cara paling sederhana dimulai..

  • Reply Tyas April 2, 2012 at 9:44 pm

    Wah Mas saya baru nemu… tulisan yang bagus sekali… Untuk Mbak Rheena dan Allice, okelah penelitiannya Anda sanggah karena masalah parameternya, tapi silakan bercermin ke diri sendiri dan sekitar: betul tidak perilaku kita sudah Islami, meski katanya mayoritas Muslim? Yang dimaksud di sini tentunya bukan sekadar rukun Islam. Banyak kok orang yang rukun Islam dilaksanakan, sampai naik haji segala.. tapi pakai uang korupsi. Banyak kok yang jidatnya hitam karena banyak salat, ternyata kerjanya ngamuk2, membunuh orang, tidak toleran, jahat sama istri dll. Dari hal kecil saja deh: lihat sekeliling, bersih atau tidak? Sampah masih berserakan atau tidak? Pernah kok saya lihat orang pakai jilbab, tapi buang sampah sembarangan. Pernah melihat orang pakai baju koko, piara jenggot, pakai peci, di bus Transjakarta pura2 tidur, nggak mau ngasih kursi ke orang yang lebih perlu. Coba setop orang-orang yang mengemudi masuk busway atau motor-motor yang naik trotoar, survei berapa banyak yang Islam? Itu yang lebih penting.

  • Reply Njajal April 3, 2012 at 1:17 am

    @rheena: semua orang juga tau kalo rezim represif tu bisa menekan tingkat kriminalitas, tapi bagaimanakah sisi humanis anda dikala ada seorang pencuri yang dipotong tangannya karena hukum jaman jahiliyah yang tidak boleh direvisi???

  • Reply reza April 5, 2012 at 4:02 am

    tulisan sumber dari artikel ini sudah ada counter nya di :
    http://jejakrina.wordpress.com/2011/12/27/ketidaksesuaian-penelitian-how-islamic-are-islamic-countries-dengan-data-statistik-kriminal/

    Namun point nya masih relevant, kita perlu memperbaiki diri sendiri baru kemudian masyarakat.
    marilah berhenti mengeluh dan mulai aksi. walau dimulai dari langkah yang kecil.
    small but sure

  • Reply wahyu April 10, 2012 at 5:10 pm

    Sebenarnya yang terjadi adalah umat islam telah jauh dari agamanya. Hanya sedikit kalangan yang mau kembali mempelajari tentang agama ini. Lebih banyak yang tidak peduli lagi mengenai hal hal yang dilarang agama seperti zina, mencuri, merampok, termasuk korupsi dan lain lain. Juga anjuran agama thd orang lain, berbuat baik terhadap tetangga, tidak melakukan gangguan di jalan, bersedekah, dan lain-lain. Semua hal anjuran yang baik dan larangan telah ada di dalam Islam, namun kita lah umat islam yang tidak mau mempelajarinya. Kita sudah tidak peduli lagi dengan agama ini. Sehingga perilaku kita umat islam yang jauh dari ajaran islam, semakin membuat citra negatif. Bukan Islamnya yang salah, akan tetapi sikap ketidakpedulian kita untuk kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran islam itulah yg kita salahkan. Islam dari hari ke hari semakin berkembang, bahkan di negara Amerika dan Eropa sekalipun. Itu menunjukkan bahwa bukan Islamnya yang salah namun pemeluknya yang tidak peduli dengan ajaran agama ini lah yang salah. Lalu bagaiana dan apa yang harus kita lakukan? Marilah sebagai umat islam kembali mempelajari agama ini dengan baik dan benar dan mengamalkannya, saling nasehat menasehati, janganlah hanya karena ketidak tahuan orang lain kita memandang sinis terhadap Islam itu sendiri.

  • Reply emen April 11, 2012 at 1:46 am

    selama shalat sekedar kwajiban, selama ngaji masih sekdear mebaca, selama agama masih no.2….sulit!!
    tapi mrai kita berdoa, semoga ada revormasih selanjutnya yang akan mengarah ke arah perbaikan bagi negera denga sejuta potensi ini…

  • Reply Bintang April 11, 2012 at 2:39 am

    Saya bukan seorang muslim tapi semenjak kecil saya menghargai dan merasakan kearifan orang muslim, bukan karena terpaksa karena saya minoritas tapi lebih karena merasa nyaman bergaul dan berkomunikasi. Perasaan itu semua hilang dilekang masa dan tempat, dulu di Yogya semasa kecil saya, saya sangat merasakan kearifan muslim. Kebiaasaan mengantri, tata krama, unggah ungguh sangat diutamakan. Namun entah kenapa menjelang tahun 2000an semuanya berubah ya ? dan saya tidak pernah merasakan kenangan2 seperti dulu lagi dibagian manapun Indonesia, termasuk Yogya, kota penuh dengan kenangan.

    Waktu dan jamankah yg merubah ini semua, atau kearifan yg dulu saya rasakan itu adalah hal yg salah dan dibenarkan dengan keadaan seperti saat ini ?

  • Reply Mahameru April 23, 2012 at 9:20 pm

    Good article bos! ijin share ya!

  • Reply 1 park residences April 25, 2012 at 5:10 am

    mudah2an dengan artikel ini toleransi beragama di negara kita bisa makin tinggi yaaa..makasih udah share yaa…salam kenal slalu…:)

  • Reply hayam June 17, 2012 at 5:25 am

    tapi yang mesti kita jadikan pedoman ya ajaran2 islam & perilaku2 yang dicontohkan dalam islam, bukan malah menjadikan amerika & negara2 yg penduduk islamnya sedikit sebagai kiblat kita dalam berperilaku. Nilai2 islam lebih luhur dibandingkan dengan apa yg mereka (amerika & negara2 yg penduduk islamnya sedikit), cuma kita saja yang masih belum bisa menerapkannya di kehidupan sehari2, itu masih PR bagi kita

  • Reply WARSYI July 4, 2012 at 8:49 am

    kadang kita yang mengkritik juga tidak lebih baik dari yang dikritik…. tidak ada maksud menyinggung siapapun. mari kita awali dari diri sendiri dan dari sekarang sahabat muslimku….

  • Reply leni irawati November 14, 2016 at 8:10 pm

    thanks pak Adit, semunya inspiring,,

Leave a Reply Cancel Reply

Subscribe & Follow

Recent Comments

  • sibakua on Catatan Mahasiswa Gila – Preorder
  • noviyan darmawan on Swasembada di Indonesia
  • Arma on Swasembada di Indonesia
  • Nadya on Swasembada di Indonesia
  • Aswinda Utari on Sabtu Bersama Bapak Filming (3)

Categories

  • aldebaran
  • Arzachel
  • books
  • Events
  • finance
  • gua
  • humor
  • islam
  • istribawel
  • kids and parenting
  • life
  • love
  • Mencari sesuap nasi (halaaaah)
  • movies
  • politics
  • product review
  • project
  • Short Stories
  • social
  • studies
  • travel
  • Uncategorized
  • work

Archives

Made with in Seattle

© 2013 Solo Pine Designs, Inc. All rights reserved.