Suamigila.com
  • About
  • Novel
  • Contact

Solusi Kemacetan Jakarta

By admin • August 13, 2010 • politics, social
Share on Tumblr

Setelah tinggal di sini lagi baru deh kerasa betapa gilanya macet di Jakarta. Gue pribadi sih udah pasrah dan dari awal balik udah berniat meng-embrace kesulitan ini. Misalnya, kalo pergi pagi, pake sendal dan kaos. Biar nanti sampe kantor baru pasang separu dan kemeja. Toh di mobil gak ada yang dikecengin. KJika pun niat ngeceng, udah ada golok istri nunggu di rumah.

Terlepas dari gue yang pasrah macet, solusi harus ada. Dan solusi yang ada harus dijalankan tanpa tertunda kepentingan politik atau kepentingan uang pejabat. Kita ulas dulu beberapa hal:

Bahaya macet

Macet ini bahaya karena macet membuat konsumsi energi kita meningkat tanpa perlu. Seharusnya devisa negara bisa terpakai untuk bangun subway, ini habis terbakar di jutaan tanki kendaraan bermotor di Jakarta.

Membuat orang Jakarta jadi tidak produktif. Dengan kemacetan 4 jam sehari, seorang sales hanya dapat 3 meeting dan 2 deal. Jika macetnya hanya 1 jam, maka dia akan mampu katakanlah, dapat 6 meeting dan closing 4-5 deal.

Belum lagi masalah psikologis. Kurang waktu sama anak.

Belum lagi masalah fisik. Macet > 2 jam beresiko orang sakit ginjal karena ada yang nahan pipis misalnya. Atau orang dapat serangan jantung di bus dan tidak bisa tertolong karena busnya stuck di macet. Itu kejadian udah sering bener orang meninggal di dalam bus.

Kemakmuran wearga terhambat. Jika tidka macet maka budget perbulan untuk bensin hanya 500k. karena macet, bisa 1.2jt.

The Problem with Jakarta

– Jakarta ini aneh. Udah belasan tahun blue print subway udah jadi tapi gak realisasi juga. Kenapa ya? Apa karena segelintir pejabat mendapat untung dari setoran bus/angkot? Apa karena mafia/kartel bus/angkot sedemikian kuatnya? Jika iya, orang-orang itu layak dilaknati karena membuat hidup dari 12 juta orang lebih susah dari yang seharusnya.

– Apakah Transjakarta sebuah solusi?

Ya dan tidak. TJ adalah satu dari banyak simbol inkompetensi PEMDA membunuh root cause. Maunya solusi cepat dan murah tanpa memikirkan collateral effect yang terjadi karena solusi cepat itu.

TJ secara teori adalah sebuah solusi. Tapi kenyataannya, TJ memerparah kemacetan Jakarta. Kenapa? Ini sebabnya:

Logika simple dari pengadaan TJ adalah ini:

TJ mengambil 1 dari 3 jalur mobil. Jika tidak ada TJ, maka seharunya di satu garis jalan, terdapat 3 mobil. Karena 1 diambil jalur TJ maka mobil hanya bisa 2. Logika simplenya, TJ hanya akan efektif jika dia mampu menyerap

+ 1/3 pengguna mobil Jakarta

+ pengguna bus

+ pengguna motor

Jika 1/3 tidak terserap maka jalan hanya makin macet. Meski tidak ada data, jelas kita melihat bahwa TJ tidak menyerap 1/3 pengguna mobil Jakarta. Bukti dari ini adalah sebagian pengguna mobil akhirnya pindah menjadi pengguna motor. salah satu faktor Ini yang menyebabkan motor jumlahnya sangat banyak.

– Celakanya, Pemda Jakarta tidak melihat bahwa naiknya motor adalah konsekwensi alami kebijakan yang buruk. Mereka malah menganggap bahwa motor sebagai penyebab kemacetan. dan sekarang ada wacana bahwa motor harus dibatasi. Oalah, bukannya mobil yang dibatasi, bukannya subway dibangun, bukannya penyerapan TJ diperbaiki. Malah motor yang ditembak.

Solusi Kemacetan Jakarta:

+ pastikan TJ menyerap 1/3 pengguna mobil karena jalur TJ telah mengorbankan 1/3 kapasitas jalan umum. Caranya:

1. perbanyak armada

2. halte yang lebih manusiawi. masak WC aja gak ada?

3. Jika tidak kuat sediakan AC, mbok ya haltenya dibikin rindang, pake kaca rayban + kipas angin.

4. Sterilkan busway.

5. Perbanyak stasiun gas. Jika kita tidak kuat menyediakan banyak armada, maka armada yang ada harus terpakai semaksimal mungkin. Sekarang ini armada harus antri 3 jam hanya untuk isi gas. Itu bodoh. Sekarang tinggal dihitung mana yang lebih mahal. Penyediaan armada? atau penyediaan stasiun gas? Ingat bahwa bertambahnya armada, makin banyak yang antri gas juga. Jadi multiplikasi stasiun gas sangat wajib. Kenapa sih gak disatukan saja dengan pertamina? dari pada bagun stasiun gas dari nol yang pastinya mahal, mending taro semua gas di SPBU yang ada.

6. Jangan dibebankan ke rakyat. Ini lah beda pola pikir negara maju dan negara tertinggal. Bahwa angkutan umum itu tidak bisa menguntungkan dan maka dari itu, disubsidi pemerintah. Di Barcelona. Paris dan Singapore, semua tarif subway rata2 1 dolar atau 1 euro. emangnya dipikir balik modal apa investasi segitu mahal dengan 1 dolar. Tentu tidak. Negara yang tanggung agar rakyat dapat menyisihkan uangnya agar lebih makmur.

7. Di setiap jalan yang ada busway, angkutan lain minggir. Jangan ada yang bareng. Contohnya, kita punya koridor TJ kota blok M via sudirman. Maka reduksikanlah metro mini yang melewati sudirman. ini untuk memastikan semua pengguna bus beralih ke TJ dan jalanan jadi lebih nyaman. Ini membutuhkan renegosiasi dengan operator bus yang pastinya tidak hepi. Ini juga hanya menjadi masalah tambahan jika armada tidak ditambah.

+ Bangun Subway

Ini udah jelas, gue gak perlu terangin lagi kenapa.

+ Parkir!

Gue baca dari seorang blogger bernama treespoter yang sangat brilyan. Untuk lengkapnya, tolong baca di blog dia di sini: http://treeatwork.blogspot.com/2010/07/tujuh-solusi-kemacetan-jakarta.html

Ini gue kutip:

Parking surcharge, bukan road pricing.
Road pricing bagus, tapi repot pelaksanaannya dan rawan pelanggaran. Ada cara lebih mudah dan efektif: kenakan saja biaya parkir tambahan yang cukup tinggi (Rp 20.000 per sekali masuk?) di luar biaya parkir resmi buat seluruh kendaraan yang parkir di kawasan bisnis utama Jakarta. Orang akan enggan membawa mobil ke kawasan tersebut . Kalaupun membawa mobil, kalau sudah parkir akan enggan mengeluarkannya lagi. Untuk bepergian mereka akan terdorong untuk memilih berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum.

Bagus kan? Tapi pre-conditionnya jelas bahwa

+ TJ harus dimaksimalkan

+ pertumbuhan motor jangan dihalangi

+ bangun subway

jangan sampai parking surcharge ini diberlakukan tanpa ada penyelesaian. Pemda dari dulu dalam mengatasi kemacetan selalu menerapkan kebijakan tanpa memberikan alternatif. Ketika altrnatif ini berbuah buruk, dibiat lagi kebijakan tambal sulam. Gitu aja terus sampai semua orang Jakarta rugi uang dan waktunya.

+ Perbaiki Perolehan SIM

motor dan angkot dituding ugal-ugalan oleh semua orang. Dibilangnya gak tau aturan etc etc. Tapi kita ga pernah nanya pada diri kita sendiri, lantas proses mendapatkan SIMnya gimana? Sekarang ini dalam jargon bebas korupsi, POLRI sudah bagus memudahkan proses SIM. Gak ada lagi korupsi dan calo. Nah di situ root causenya. Semua yang ingin mendapat SIM wajib lulus tes rambu dan tes kendara. Nanti di dalam SIMnya tandalan saja dengan  bintang yang mengartikan telah lulus tes itu. Bintang ini akan membedakan mana orang yang belum perpanjang SIMnya dan mana yang sudah.

Oke deh segitu aja dulu dari gue. Yang jelas, warga Jakarta butuh solusio cepat. Merealisasikan semua yang di atas butuh waktu dan uang jadi gak pemda gak bisa gerak cepat memberi. Tapi mbok ya solusi yang diberikan itu menyentuh akar masalahnya. Bukannya kebijakan tembak itik terbang.

Tweet
25
Sedekah #2
Jualan Buku Lagi - SEMUA Signature Edition

About the Author

admin

You Might Also Like

  • Semua Kembali Pada Niat

  • djuhro

    Dari Mana Kita Berasal

  • Manners

  • Kaya dan Miskin

25 Comments

  • Reply Tweets that mention Solusi Kemacetan Jakarta « suamigila -- Topsy.com August 14, 2010 at 5:13 am

    […] This post was mentioned on Twitter by Emmalia, Emmalia. Emmalia said: Solusi Kemacetan Jakarta http://bit.ly/arxrIx […]

  • Reply dani August 15, 2010 at 10:56 am

    Dit, kamu setuju gak sama wacana pemindahan ibukota ? atau wacana pindah ibukota lg2 cuma kebijakan tembak itik terbang dr birokrat kita ?

  • Reply diku August 16, 2010 at 7:20 am

    Bener, Kang. Di mana2 negara menyediakan transport publik bukan buat cari untung. Sampe di kota kecil aja, bus kotanya lebih keren dari TJ, on-time, dan cuma 1 euro (kalo pake abodemen lebih murah. Belum lagi sunsidi buat pelajar, orang lansia dan para pencari kerja). Cuma di Indo aja kayanya yang mikirin untung.

    AS dan banyak negara Eropa punya subway sejak abad 19. Di kita? Menguap aja gitu isunya… Belanda bikin dam, ngebendung laut dari jaman kapan tau. Jakarta? Solusi banjir cuma jd isu yg anget2 tai ayam, sebulan habis banjir pd amnesia kabeh ntu pejabat.

    Emang sih, kita baru aja 65 taun merdeka. tapi bukan alesan untuk terus menerus ketinggalan.

    Soal SIM… Baru pertama kali seumur 29 taun gw ‘earn’ SIM. Di Indo selalu pake jalur cepat, 500 rebu jadi. Kalo jalur resmi dipersulit, ditakut2in, mobil tes-nya butut. Di Perancis sini, kursusnya susah, ujian tulisnya susah, ujian prakteknya ketat, dimana2 ada radar… Jd ga enak hati mau ngelanggar, males aja kalo sampe poin SIM abis n musti kursus lagi.

    Anyway, I still love Indonesia…

  • Reply mych August 16, 2010 at 9:53 am

    Stuju banget buat bagian peningkatan efektivitas TJ. Tapi sama skali gak setuju ttg tidak dibatasinya motor. Menurutku motor juga bikin macet, mulai dari pertumbuhannya yang luar biasa cepat, penggunannya (lebih ke penggunanya) yang sebagian besar gak tertib, dan pada akhirnya buat motor saja bisa makan 1 lajur jalan sendiri.

    Tadinya motor diminta jalan di jalur lambat aja, nyatanya masih banyak banget yang menggunakan jalur cepat. Pengendaranya pun sering kali nyetir di tengah2 lajur. Yang bermobil senewen, kanan gak bisa, kiri gak bisa. Jadinya? Makin macet.

    Makanya kalau menurutku, solusi utamanya adalah penyedian transposrtasi cepat massal (mass rapid transportation) yang aman, nyaman, dan berkualitas (dalam arti armadanya ada terus, haltenya nyaman, dst, dst), terjangkau (dalam arti harganya), dan menjangkau (dalam arti mencakup seluruh wilayah Jakarta). Ini bukan berarti di setiap titik harus ada TJ atau subway, terus angkot yang ada sekarang dimatikan, tapi TJ diperbaiki kualitasnya (yang sekarang masih jauuh dari harapan), subway ada, dan angkutan2 pengumpan lainnya direvitalisasi. Rute2 yang overload dihilangkan.

    Kalau itu semua sudah ada, pengguna kendaraan pribadi akan dengan sendirinya nyadar untuk pindah sarana transportasi ke transportasi cepat massal ini.

  • Reply bast August 17, 2010 at 12:37 am

    bang adit, kayaknya seru kalo dalam suatu minggu di 5 hari kerjanya dicanangkan bebas kendaraan pribadi. Dengan begitu bisa dilihat kapasitas armada angkutan umum mampu gak mengakomodir orang – orang yang ada di jakarta. Kenapa 1 minggu? kita bisa melihat perilaku penduduk dalam hari yang berbeda. Kalo memang mumpuni, berarti pemda bisa memanfaatkan armada yang sudah ada. Ya diharapkan masalah ini dapat terselesaikan segera. Amin….

  • Reply upieksanupiek August 18, 2010 at 9:51 pm

    upiek likes this!

    “halte yang lebih manusiawi. masak WC aja gak ada?”
    wkwkwkwk…
    dan sistem ngantri yg benar dan tertiB.

  • Reply reno August 20, 2010 at 11:04 am

    dit, elo pinter bikin pembaca ikut pinter. sayang pinter ga cukup buat hidup nyaman di jakarta.
    solusi yang primitif malah bisa jadi sukses; aksi hengkang massal dari jakarta, eksodus rame2, tinggalin nih kota segera mungkin. toh, hari gini semua orang adalah warga dunia. kerja di belahan bumi mana pun juga jadi.
    status jakarta ya kota tempat lahir dan sempat besar aja. titik. kayak obama. ga lebih.

  • Reply liris August 21, 2010 at 2:31 am

    kang adit,
    sayangnya jarang ada pejabat baca postingan kang adit. (atau saya yg ga tau ada yg baca).
    harusnya hal-hal ky begini bisa jadi pertimbangan.
    kita juga harus punya pola pikir yg instan.pengennya semua cepet beres.pelan tapi pasti, itu lebih baik daripada buru2 tapi ga beres2.

    semangat menulis ya kang!

  • Reply way obi August 23, 2010 at 1:30 am

    he2..SAYA MEMPREDIKSI kalau kota JAKARTA akan kosong, tanpa ada macet !! 2 minggu dr sekarang (saat sy menulis ini) he2.. LEBARAN dan mudik adalah bukti nyata, kalau 1/3 penduduk Ibukota adalah pendatang. Termasuk kang Adhit (maaf kang, bukan jd sukuisme nih..he2)

  • Reply ogi August 26, 2010 at 10:22 pm

    @way obi: bukan 1/3, tapi 2/3 kayaknya..
    wong org betawi dah jarang, digencet para pendatang yang lebih hebat dan lebih rajin.
    di pemukiman padat rumahnya kontrakaaaaan semua [curhat].

  • Reply amanda August 29, 2010 at 6:04 am

    eemm… kayaknya yg sulit bukan bangun subway/mass transport, tapi merubah kebiasaan masyarakatnya 😀

  • Reply MACET = stres tingkat tinggi « Calonbankirgila's Blog September 1, 2010 at 11:35 am

    […] satu tulisan bagus tentang macet dan jakarta http://suamigila.com/2010/08/13/solusi-kemacetan-jakarta/   Leave a […]

  • Reply the Success Ladder September 4, 2010 at 5:56 pm

    This is a very interesting point of view. Your blog is refreshing, but I wish one could find more content, though. I am looking forward to reading more from you. Keep up the good work. thanks.

  • Reply rajawali muda September 6, 2010 at 10:55 am

    koreksi dit, di paris udah hampir dua euro begitu juga di Barcelona, dan itu break even kok, jadi gak mungkin kalo ga untung, intinya gmana cari perusahaan publik yang reliable. Bayangin aja lebih dari 450 rb komuter di jakarta, kalo di charge 25 rb sekali naik ya pasti untung, tapi mampu gak orang2 bayar dengan hampir dua euro itu…

  • Reply Rhein Fathia September 7, 2010 at 3:45 am

    setuju, mas…. ampun dan baru 2 minggu kerja di jakarta udah stress gara2 macetnya… >.<

  • Reply cilest contraceptive September 9, 2010 at 12:15 pm

    A very great article. Well done. Very motivating!! Go on that way

  • Reply gufron September 11, 2010 at 9:47 pm

    kalo gak mau macet jangan kerja di jakarta kang, ke daerah aja, wirausaha sambil buka lapangan kerja, kan modal usaha udah ada tuh dr hasil kerja di luar negeri, plus pengalaman dan ilmu yg dibawa dari perusahaan sebelumnya, sudah saatnya memberikan bukti konkrit, jangan hanya complaint..big fans of kang adit -gufron-

  • Reply Rizki Abe September 20, 2010 at 12:36 am

    Saran lo boleh banget, klo ditambah research sana sini, trus lingkupnya diperluas bisa dijadiin buku tuh. Pasti banyak masukan tentang mengatasi kemacetan di Jakarta. Klo gw pribadi sih, care ga care, coz gw tinggal di daerah yang ga rawan kemacetan.

    Makanya klo yang ngerasa bisa cari rejeki di luar Jakarta mending pindah aja deh dari Jakarta, lumayan kan mengurangi kepadatan penduduk dan kemacetan di Jakarta.

  • Reply Lintang September 20, 2010 at 2:49 pm

    pajekin aja tinggi2, buat mobil ke-2 tiap keluarga…realistis mnrt saya:)

  • Reply farizal September 28, 2010 at 3:50 am

    BARU2 ini di china ada 1 terobosan mengatasi kemacetan yaitu dengan membuat bus seperti bussway tetapi dengan 2 tingkat da dibawahnya dibuat bolong/kosong seperti terowongan agar dapat dilewati kendaraan lain. rencana ini terdengar futuristik sekali ya sobat…bagaimana menurut agan sekalian.

  • Reply hermawan September 29, 2010 at 2:34 am

    Setuju bro dengan tulisan diatas, pemerintah emang harus rada cepet bertindak sebelum jakarta bener-bener stagnasi total. Jumlah kendaraan naik terus sementara jalan segitu-gitu aja. Busway, saat ini parah, harus diupayakan menuju kondisi yang lebih baik, seperti ditulis dalam artikel diatas.

  • Reply Tamba Budiarsana October 2, 2010 at 11:37 pm

    Sebenarnya dari dulu selalu ada solusi untuk hal ini, tapi tidak pernah ada pencegahan. Penyebab utamanya tidak diatasi, lama-lama pasti akan macet lagi. Seharusnya impor kendaraan dibatasi hingga jumlah tertentu. Kalau begini terus, seberapa banyak jalan yang dibangun pasti akan penuh lagi.
    Salam kenal :)

  • Reply Dariawan October 4, 2010 at 11:56 pm

    Bicara soal SIM, di Indonesia (bukan hanya Jakarta) banyak orang yang sudah nekat membawa kendaraan tanpa SIM. Ibu dari teman saya tewas kecelakaan, karena ditabrak anak SD yang kata bapaknya ‘nekat bawa motor tanpa sepengetahuannnya’ Yang penting adalah ketegasan aparat dalam menindak pelanggaran2 seperti ini

  • Reply Robinson Alexander siringoringo March 14, 2011 at 12:29 am

    solusi tepat & murah :
    -PNS, Pemda, TNI & Departmen dan sejenisnya hadir dikantor
    7.00 tepat.
    -Pelajar, mahasiswa, guru, dosen & rombongannya 8.00
    -swasta dan sektor informal lainnya 9.00.
    dijamin kemacetan berkurang hingga 50% pada jam sibuk (Pagi & sore)
    intinya harus ada pemisahan waktu. karena pagi hari semua warga DKI keluar rumah secara berbarengan memenuhi ruas jalan DKI.

  • Reply Kartini September 9, 2016 at 9:56 am

    kalau MRT (Mass Rapid Trans) kira2 efektif ga bng Adit?

Leave a Reply Cancel Reply

Subscribe & Follow

Recent Comments

  • sibakua on Catatan Mahasiswa Gila – Preorder
  • noviyan darmawan on Swasembada di Indonesia
  • Arma on Swasembada di Indonesia
  • Nadya on Swasembada di Indonesia
  • Aswinda Utari on Sabtu Bersama Bapak Filming (3)

Categories

  • aldebaran
  • Arzachel
  • books
  • Events
  • finance
  • gua
  • humor
  • islam
  • istribawel
  • kids and parenting
  • life
  • love
  • Mencari sesuap nasi (halaaaah)
  • movies
  • politics
  • product review
  • project
  • Short Stories
  • social
  • studies
  • travel
  • Uncategorized
  • work

Archives

Made with in Seattle

© 2013 Solo Pine Designs, Inc. All rights reserved.